THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 30 Desember 2010

komodo hewan tertua di dunia


Nama komodo pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Hewan asli indonesia yang berasal dari pulau komodo ini ternyata merupakan reptil berbisa paling ganas di dunia dengan virus-virus yang dapat melumpuhkan mangsa dengan sangat cepat. Terbukti dari beberapa kasus penyerangan yang terjadi akhir-akhir ini.

Sebuah studi baru telah menunjukkan bahwa Komodo (Varamus komodoensis) yang hidup di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, merupakan reptil berbisa paling mematikan di dunia saat ini.

Rahasia kemampuan membunuh mangsa dari hewan reptil Komodo ternyata terletak pada kombinasi kekuatan gigitannya dan racun berbisa yang dikeluarkan ribuan kelenjar-kelenjar yang terletak digusinya, yang dikeluarkan bersamaan dengan gigitan.

Temuan ini mematahkan teori sebelumnya yang mengatakan bahwa kemampuan membunuh mangsa dari Komodo terletak pada air liurnya yang mengandung puluhan bakteria mematikan, yang dikeluarkan bersamaan dengan gigitan.

Teori ini didasarkan pengamatan bahwa mangsa Komodo biasanya mati setelah beberapa jam mendapat gigitan yang berdarah, dan kemudian akan mati membusuk.

Tak adanya taring yang kuat pada gigi Komodo, juga menunjukkan Komodo tak sepenuhnya binatang pemangsa Carnivora, sehingga sejak lama menjadi penelitian apa rahasia Komodo mematahkan mangsanya. Namun kini dengan teori diatas, sedikitnya tersedia sebuah jawaban rahasia kekuatan mematikan dari Komodo.


Seorang peneliti yaitu Dr Bryan Fry dari Universitas Melbourne, Australia, yang menemukan teori ini, melakukan penelitian dengan menggunakan foto medis atau rontgen pada jaringan kepala Komodo.

Ia menemukan adanya ribuan kelenjar kompleks yang berujung diantara deretan gigi-giginya, yang mempunyai kemampuan mengeluarkan bisa beracun yang mematikan.

“Reptil ini biasanya menggigit mangsanya, dan kemudian meninggalkan mangsa yang berdarah hingga mati akibat luka yang mematikan. Kami sekarang tahu bahwa itu disebabkan oleh kombinasi kekuatan gigi dan kelenjar berbisa yang mematikan mangsa,” ujar Dr Fry.

“Kombinasi gigitan dan bisa racun ini membuat Komodo sedikit melakukan kontak dengan mangsanya, ia cukup melukai dan menyeburkan racun, kemudian meninggalkannya. Membuat Komodo bisa menangkap mangsa yang lebih besar, tanpa harus lama bertempur yang juga akan berbahaya bagi dirinya,” ujar Dr Fry.

Dr Fry kemudian juga melakukan analisa dengan menggunakan simulasi komputer, untuk mengukur tingkat ketajaman mematikan dari gigitan Komodo dibandingkan dengan gigitan binatang Carnivora lain seperti Buaya. Ternyata gigitan Komodo jauh lebih lemah dibandingkan dengan kemampuan gigitan Buaya.

Dari sini timbul hipotesa tak mungkin Komodo mematikan mangsanya hanya mengandalkan pada gigitan, seperti umumnya Carnivora lain. Dari uji resonansi magnetik diperoleh gambaran adanya kelenjar komplek diantara gigi-gigi Komodo yang mengasilkan cairan bisa beracun, yang ditinggalkan bersama gigitan Komodo. “Kami percaya hewan reptil jenis Komodo mampu melumpuhkan mangsanya dengan bisa beracun yang meningkatkan kerusakan akibat gigitan gigi,” ujar Dr Fry.

Para peneliti kini sedang meneruskan risetnya untuk mengetahui kandungan dan komposisi molekul bisa beracun yang dikeluarkan kelenjar Komodo. Efek dari bisa beracun juga diuji oleh para peneliti, yang menampakkan kesamaan pengaruh dengan bisa beracun yang dikeluarkan oleh kelompok ular, yang biasanya membuat shock mangsa.

Hal ini bisa menerangkan kenapa mangsa Komodo biasanya menjadi diam saja setelah mendapatkan gigitan, karena menahan sakit akibat pengaruh bisa. Setelah digigit, mangsa biasanya juga mengeluarkan darah sebanyak-banyaknya.

Para peneliti kemudian juga memeriksa kerangka fosil hewan reptil Komodo yang termasuk binatang purbakala ini, dan menemukan ciri-ciri kerangka binatang yang menggunakan bisa beracun untuk melumpuhkan mangsanya.

Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa kadal raksasa sepanjang 7 meter ini adalah binatang berbisa terbesar yang pernah hidup di muka bumi.

Berhati -hatilah jika Anda berada dekat dengan Reptil yang satu ini, karena bisa jadi Anda menjadi sasaran keganasannya karena jika tergigit, dipastikan korbannya tidak akan bertahan lama karena virusnya yang mematikan.

Ada baiknya anda menghindar saja jika bertemu hewan reptil yang bernama komodo, demi keselamatan anda.]
Komodo atau Biawak Komodo (Varanus komodoensis), merupakan spesies reptil terbesar di dunia yang terdapat di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara, Indonesia. Komodo yang ditemukan pertama kali oleh peneliti barat pada tahun 1910.
Komodo (Varanus komodoensis) merupakan satu diantara 3 satwa nasional Indonesia. Komodo sebagai satwa bangsa mendampingi burung elang jawa (satwa langka) dan ikan siluk merah (satwa pesona). Komodo juga ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Timur.

Komodo dragon, biawak terbesar dan terunikKomodo dalam bahasa latin disebut sebagai Varanus komodoensis. Oleh masyarakat setempat biasa dinamakan Ora. Beberapa nama lain komodo seperti Biawak Komodo, Komodo Dragon, Komodo Island Monitor, dan Komodo Monitor.
Habitat komodo yang hanya terdapat di beberapa pulau di Nusa Tenggara yang termasuk dalam wilayah Taman Nasional Komodo juga mendapat apresiasi di dunia internasional dengan lolosnya menjadi salah satu dari 28 finalis New 7 Wonders of Nature.
Ciri-ciri dan Perilaku Komodo. Komodo (Varanus komodoensis) menjadi reptil terbesar di dunia yang mempunyai panjang tubuh mencapai 3 meter dan berat 70 kg. Spesimen liar terbesar yang ditemukan mempunyai panjang 3.13 meter dengan berat 166 kilogram (termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya). Meskipun untuk spesies komodo yang hidup di penangkaran mampu memiliki berat yang lebih besar.
Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam masing-masing sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap berganti. Pada giginya terdapat jaringan gingiva yang sering tercabik saat makan. Karenanya sering kali ditemua sedikit darah pada air liur komodo. Air liur ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal bagi sejenis bakteri mematikan yang hidup di mulut komodo.
Lidah komodo panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan berukuran lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata. Sementara kulit komodo betina berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun kurang baik melihat di kegelapan malam. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer.

Komodo mampu berdiri di atas kedua kakinyaMangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cicak, dan mamalia kecil.
Biawak komodo (Varanus komodoensis) aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil terbesar di dunia ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak dekat, dapat berenang menyelam hingga sedalam 4.5 meter. Komodo juga pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang tubuh.
Habitat dan Persebaran. Komodo atau Ora (Varanus komodoensis) secara alami terdapat di pulau Komodo, Flores dan Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Pulau-pulau tersebut termasuk dalam wilayah Taman Nasional pulau Komodo yang merupakan salah satu finalis New 7 Wonders of Nature.
Komodo hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak terbesar ini menyukai tempat panas dan kering. Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya.
Konservasi dan Populasi. Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan sehingga oleh IUCN Redlist dikatagorikan dalam status konservasi Rentan (Vurnerable). CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.
Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidup di alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca (1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo (1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor, Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yang produktif dan dapat berbiak.

Komodo di tepi pantaiBertolak dari kekhawatiran ini, sejak tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnya di beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar. Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.
Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran, berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang komodo.
Tentang komodo ini memang tidak ada kata lain selain satwa yang amat unik yang telah dianugerahkan kepada bumi Indonesia. Maka sudah tidak ada tawar menawar lagi kita musti melindunginya. Dan kini, ketika terbuka kesempatan akan pengakuan dunia pada keunikan Taman Nasional Komodo sebagai habitat alami komodo dragon satu yang musti kita lakukan, dukung komodo sebagai salah satu keajaiban dunia.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Reptilia; Ordo: Squamata; Upaordo: Autarchoglossa; Famili: Varanidae; Genus: Varanus; Spesies: Varamus komo
doensis

0 komentar: